Diriwayatkan pada sebagian kitab Allah swt: Bahwa Jibril as, sedang turun ke bumi. Lantas ia melihat sosok lelaki yang memiliki pancaran ketenangan.
“Betapa hebat lelaki ini,” kata Jibril.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman pada Jibril, “Hai Jibril! Lihat namanya di Lauhul Mahfudz yang berderet dengan nama-nama ahli nereka!”
“Tuhanku, lalu apakah semua ini?” Tanya Jibril.
“Hai Jibril! Sesungguhnya Aku tidak dimintai pertanggungjawaban apa yang Kulakukan, dan tak seorang pun tahu dari semua makhlukKu apa pun PengetahuanKu, kecuali yang Aku kehendakinya…” jawab Allah Ta’ala.
“Oh Tuhan, apakah Engkau meberi izin padaku untuk memberi informasi atas apa yang aku ketahui?”
“Silakan, engkau dapat izin…” jawab Allah Ta’ala.
Jibril as lalu turun ke bumi memberi khabar apa yang sesungguhnya terjadi dan bagaimana situasi sebenarnya yang menimpa orang itu. Tiba-tiba orang itu malah bersujud, sembari bermunajat, “Bagimulah segala puji wahai Tuhanku atas ketentuanMu dan takdirMu. Pujian yang melebihi pujian orang-orang yang memujiMu, dan semakin tinggi dibanding syukurnya orang-orang yang bersyukur.”
“Betapa hebat lelaki ini,” kata Jibril.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman pada Jibril, “Hai Jibril! Lihat namanya di Lauhul Mahfudz yang berderet dengan nama-nama ahli nereka!”
“Tuhanku, lalu apakah semua ini?” Tanya Jibril.
“Hai Jibril! Sesungguhnya Aku tidak dimintai pertanggungjawaban apa yang Kulakukan, dan tak seorang pun tahu dari semua makhlukKu apa pun PengetahuanKu, kecuali yang Aku kehendakinya…” jawab Allah Ta’ala.
“Oh Tuhan, apakah Engkau meberi izin padaku untuk memberi informasi atas apa yang aku ketahui?”
“Silakan, engkau dapat izin…” jawab Allah Ta’ala.
Jibril as lalu turun ke bumi memberi khabar apa yang sesungguhnya terjadi dan bagaimana situasi sebenarnya yang menimpa orang itu. Tiba-tiba orang itu malah bersujud, sembari bermunajat, “Bagimulah segala puji wahai Tuhanku atas ketentuanMu dan takdirMu. Pujian yang melebihi pujian orang-orang yang memujiMu, dan semakin tinggi dibanding syukurnya orang-orang yang bersyukur.”
Orang itu terus memuji Allah Ta’ala hingga Jibril as menduga bila orang tadi tidak mendengar apa yang telah disampaikan.
“Hai hamba Allah, apakah kamu mendengar apa yang kuucapkan?” Tanya Jibril as.
“Ya, aku mendengar. Engkau memberi kabar bahwa engkau telah mendapatkan diriku berada diantara deretan daftar ahli neraka di Lauhul Mahfudz sana…”
“Lalu kenapa masih saja memujiNya dan bersyukur padaNya?” Tanya Jibril penasaran.
“Subhanallah wahai Jibril! Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menentukan dengan sepenuh kesempurnaan ilmuNya, dan keluasan rahmat dan kasihNya, dengan kelembutan RububiyahNya, serta hakikat hikmahNya. Lalu apalah artinya aku sampai aku tidak rela? Maha Berkah Allah Tuhanku….”
Lalu orang itu sujud kembali, dan terus menerus bertasbih dan bertahmid.
Kemudian Jibruil as, kembali kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman pada Jibril, “Kembalilah ke Lauhul Mahfudz, dan lihatlah apa yang bakal kau lihat….”
Jibril kembali ke Lauhul Mahfudz, tiba-tiba nama orang tersebut berderet dengan daftar nama-nama ahli syurga.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai Jibril! Itulah yang kau lihat, Aku tidak diminta pertanggungjawaban apa yang Aku lakukan.”
“Ya Tuhanku, izinkah aku untuk memberi kabar apa yang kulihat.”
Allah Ta’ala berfirman, “Silakan engkau mendapat izin…”
Lalu Jibril turun dan memberi kabar apa yang dilihat di Lauhul Mahfudz.
Betapa mengejutkan lelaki itu tetap saja sebagaimana semula bermunajat: “Ilahi, bagiMu-lah Puji wahai Tuhan atas qodlo’ dan qodarMu, pujian yang melebihi pujian orang yang memuji dan syukur yang melebihi syukurnya orang yang bersyukur.”
Lalu Jibril kembali dengan penuh kekaguman atas kesempurnaan ridlo orang itu kepada Allah Ta’ala atas apa pun hukum dan aturan yang diberlakukan padanya..
Ahli Neraka Yang Terampuni
Begitu juga sebuah riwayat, bahwasanya Allah Ta’ala memberikan wahyu kepada salah satu NabiNya: “Hendaknya engkau katakan pada hambaKu Fulan bin Fulan, “bahwa kamu ahli neraka..”
Ketika risalah itu sampai kepada si fulan itu, ia justru memuji Allah Ta’ala. “Alhamudulillah atas apa yang telah ditentukan padaku. Perkara adalah perkaraNya, dan hukum adalah hukumNya.”
Allah Ta’ala berfirman kepada NabiNya, “Temui sekali lagi, dan berikan kabar padanya bahwa Aku telah mengampunimu sepanjang ia rela atas ketentuanKu.”
Kemudian risalah Ilahi itu disampaikan pada fulan tersebut, lalu ia menjerit dan berakhir dengan kematian.
“Hai hamba Allah, apakah kamu mendengar apa yang kuucapkan?” Tanya Jibril as.
“Ya, aku mendengar. Engkau memberi kabar bahwa engkau telah mendapatkan diriku berada diantara deretan daftar ahli neraka di Lauhul Mahfudz sana…”
“Lalu kenapa masih saja memujiNya dan bersyukur padaNya?” Tanya Jibril penasaran.
“Subhanallah wahai Jibril! Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menentukan dengan sepenuh kesempurnaan ilmuNya, dan keluasan rahmat dan kasihNya, dengan kelembutan RububiyahNya, serta hakikat hikmahNya. Lalu apalah artinya aku sampai aku tidak rela? Maha Berkah Allah Tuhanku….”
Lalu orang itu sujud kembali, dan terus menerus bertasbih dan bertahmid.
Kemudian Jibruil as, kembali kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman pada Jibril, “Kembalilah ke Lauhul Mahfudz, dan lihatlah apa yang bakal kau lihat….”
Jibril kembali ke Lauhul Mahfudz, tiba-tiba nama orang tersebut berderet dengan daftar nama-nama ahli syurga.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai Jibril! Itulah yang kau lihat, Aku tidak diminta pertanggungjawaban apa yang Aku lakukan.”
“Ya Tuhanku, izinkah aku untuk memberi kabar apa yang kulihat.”
Allah Ta’ala berfirman, “Silakan engkau mendapat izin…”
Lalu Jibril turun dan memberi kabar apa yang dilihat di Lauhul Mahfudz.
Betapa mengejutkan lelaki itu tetap saja sebagaimana semula bermunajat: “Ilahi, bagiMu-lah Puji wahai Tuhan atas qodlo’ dan qodarMu, pujian yang melebihi pujian orang yang memuji dan syukur yang melebihi syukurnya orang yang bersyukur.”
Lalu Jibril kembali dengan penuh kekaguman atas kesempurnaan ridlo orang itu kepada Allah Ta’ala atas apa pun hukum dan aturan yang diberlakukan padanya..
Ahli Neraka Yang Terampuni
Begitu juga sebuah riwayat, bahwasanya Allah Ta’ala memberikan wahyu kepada salah satu NabiNya: “Hendaknya engkau katakan pada hambaKu Fulan bin Fulan, “bahwa kamu ahli neraka..”
Ketika risalah itu sampai kepada si fulan itu, ia justru memuji Allah Ta’ala. “Alhamudulillah atas apa yang telah ditentukan padaku. Perkara adalah perkaraNya, dan hukum adalah hukumNya.”
Allah Ta’ala berfirman kepada NabiNya, “Temui sekali lagi, dan berikan kabar padanya bahwa Aku telah mengampunimu sepanjang ia rela atas ketentuanKu.”
Kemudian risalah Ilahi itu disampaikan pada fulan tersebut, lalu ia menjerit dan berakhir dengan kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar