Alkisah, tersebutlah Profesor Fulan, sosok ilmuwan sangat jenius. Suatu ketika ia mengumumkan penemuannya tentang buku ajaib dalam sebuah wawancara di televisi. Buku tersebut, menurutnya, adalah buku yang berisi tulisan tentang seluruh hal yang berkenaan dengan pembangunan gedung pencakar langit, bidang keahlian yang telah digelutinya sejak lama. Buku ini berisi informasi dan penjelasan super-lengkap, dari segala bahan baku yang dibutuhkan untuk membangun gedung pencakar langit, hingga rancangan serta proses pembuatannya hingga jadi. Uniknya, ternyata buku ini tidak terlalu tebal, dan ukurannya pun mini, lebih kecil dari buku saku.
Keunikan buku tersebut, tambah sang profesor, tidak terbatas pada ukurannya saja. Buku ajaibnya mudah digunakan oleh siapa saja, terlepas latar belakang pendidikannya, usia, maupun jenis kelamin. Mendengar hal ini, para penonton televisi pun terheran-heran dan penasaran. Tak ayal lagi, ketika kesempatan bertanya dibuka, para penonton di studio pun berebut kesempatan untuk bertanya lebih lanjut.
Salah satu penonton menyangsikan ucapan sang profesor dan meminta penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan buku tersebut. Dengan ringan dan tersenyum bangga, sang profesor menjawab bahwa ini adalah hal mudah. Siapa pun yang telah membeli bukunya hanya perlu menggali lubang dalam tanah, lalu memasukkan buku ajaibnya dan menguburnya. Setiap pekan sekali, 'kuburan buku ajaib' tersebut perlu disirami seember air dan diberi pupuk berupa satu kilogram semen. Pada tahun kesepuluh, dari tempat itu, sebuah gedung pencakar langi yang siap digunakan akan muncul dengan sendirinya, jawab sang profesor.
Fiksi ilmiah, begitulah mungkin yang terlintas dalam benak kita ketika membaca baris demi baris kisah di atas. Namun, sebagaimana kisah fiksi ilmiah yang seringkali terilhami oleh penemuan ilmiah yang nyata, kisah di atas pun bukanlah tanpa fakta.
Kegunaan penting buku adalah sebagai alat untuk menuliskan atau menyimpan informasi. Selain buku, perangkat komputer seperti disket, harddisk, CD atau piranti semisalnya merupakan produk teknologi terkini untuk menyimpan data atau informasi. Namun, segala piranti ini jauh lebih ketinggalan dibandingkan apa yang dihasilkan alam: biji tumbuhan. Biji atau benih berisi informasi dalam molekul DNA yang dikandungnya. Benih jauh lebih kecil ketimbang perangkat penyimpan informasi di atas, tetapi mampu menyimpan seluruh informasi tentang seluk-beluk tumbuhan, bahkan pohon raksasa menjulang tinggi yang bakal tumbuh. Lebih dari itu, perlu air, sinar matahari, dan mineral dalam tanah saja untuk mewujudkan informasi dalam benih menjadi kenyataan; hal yang ajaib tapi nyata. Tidak ada buku, CD, disket atau harddisk yang setelah dikubur, diairi dan diberi pupuk, lantas mampu menterjemahkan informasi yang disimpannya menjadi kenyataan dalam rentang waktu tertentu.
Profesor Fulan dan buku ajaibnya boleh saja dikatakan dongeng fiksi yang takkan pernah terwujud. Namun, ada yang jauh lebih sempurna dari itu, yakni Allah dan benih ciptaan-Nya, yang ternyata telah menjadi kisah nyata sejak lama!
Keunikan buku tersebut, tambah sang profesor, tidak terbatas pada ukurannya saja. Buku ajaibnya mudah digunakan oleh siapa saja, terlepas latar belakang pendidikannya, usia, maupun jenis kelamin. Mendengar hal ini, para penonton televisi pun terheran-heran dan penasaran. Tak ayal lagi, ketika kesempatan bertanya dibuka, para penonton di studio pun berebut kesempatan untuk bertanya lebih lanjut.
Salah satu penonton menyangsikan ucapan sang profesor dan meminta penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan buku tersebut. Dengan ringan dan tersenyum bangga, sang profesor menjawab bahwa ini adalah hal mudah. Siapa pun yang telah membeli bukunya hanya perlu menggali lubang dalam tanah, lalu memasukkan buku ajaibnya dan menguburnya. Setiap pekan sekali, 'kuburan buku ajaib' tersebut perlu disirami seember air dan diberi pupuk berupa satu kilogram semen. Pada tahun kesepuluh, dari tempat itu, sebuah gedung pencakar langi yang siap digunakan akan muncul dengan sendirinya, jawab sang profesor.
Fiksi ilmiah, begitulah mungkin yang terlintas dalam benak kita ketika membaca baris demi baris kisah di atas. Namun, sebagaimana kisah fiksi ilmiah yang seringkali terilhami oleh penemuan ilmiah yang nyata, kisah di atas pun bukanlah tanpa fakta.
Kegunaan penting buku adalah sebagai alat untuk menuliskan atau menyimpan informasi. Selain buku, perangkat komputer seperti disket, harddisk, CD atau piranti semisalnya merupakan produk teknologi terkini untuk menyimpan data atau informasi. Namun, segala piranti ini jauh lebih ketinggalan dibandingkan apa yang dihasilkan alam: biji tumbuhan. Biji atau benih berisi informasi dalam molekul DNA yang dikandungnya. Benih jauh lebih kecil ketimbang perangkat penyimpan informasi di atas, tetapi mampu menyimpan seluruh informasi tentang seluk-beluk tumbuhan, bahkan pohon raksasa menjulang tinggi yang bakal tumbuh. Lebih dari itu, perlu air, sinar matahari, dan mineral dalam tanah saja untuk mewujudkan informasi dalam benih menjadi kenyataan; hal yang ajaib tapi nyata. Tidak ada buku, CD, disket atau harddisk yang setelah dikubur, diairi dan diberi pupuk, lantas mampu menterjemahkan informasi yang disimpannya menjadi kenyataan dalam rentang waktu tertentu.
Profesor Fulan dan buku ajaibnya boleh saja dikatakan dongeng fiksi yang takkan pernah terwujud. Namun, ada yang jauh lebih sempurna dari itu, yakni Allah dan benih ciptaan-Nya, yang ternyata telah menjadi kisah nyata sejak lama!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar